belajar sehat

Jumat, 14 November 2014

kapal kayu


kapal adalah mode transportasi yang sudah ada sejak dahulu .Kapal digunakan bukan hanya untuk alat p engangkut manusia saja ,tetapi kapal juga bisa digunaka untuk mengankut logistik atau kebutu han manusia itu sendiri.Demikian juga kapal kayu yang sejak dahulu sampai sekarang diguakan .





A. Penentuan Konstruksi Kapal Kayu

Perencanaan kapal kayu perairan pantai dengan dimensi pokok sebagai berikut:

Panjang (L) : 17 m

Lebar (B) : 4,5 m

Tinggi (H) : 2,5 m

Sarat air (T) : 2,0 m

Cb : 0,6 m

Karena dalam pembuatan kapal kayu bahan utama yang dipergunakan adalah kayu, maka kayu harus diperhatikan dalam penggunaannya. Maka untuk bagian konstruksi yang penting harus dipergunakan kayu dengan mutu minimum kelas kuat III dan kelas awet III. Selain itu kayu yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan kayu yang dipergunakan untuk bagian-bagian konstruksi kapal kayu, yaitu:

· Kualitas kayu yang baik

· Kayu tidak celah cacat dan tidak pecah-pecah

· Kayu tidak berlubang pada lingkaran tahun

· Kayu harus tahan terhadap air,cuaca musim, jamur serangga

· Kayu tidak mudah dimakan tiram dan tidak mudah lengkung

Sedangkan bahan pengikat yang dipergunakan untuk pengikat-penguat bagian-bagian konstruksi kapal kayu adalah paku, sekrup, mur-baut dan klem. Sedang bahan yang dipergunakan untuk menjamin kekedapan antara sambungan-sambungan konstruksi (papan-papan kayu) adalah pakal, dempul dan cat. Bahan pakal yang dipergunakan untuk pekerjaan pendupulan antara lain:

- ter ditambah sedikit pasir

- dammar + minyak tanah + minyak cat

Untuk konstruksi yang melengkung maka diperelukan kayu yag melengung, berikut cara untuk melengkungkan kayu :

1. Cara pemanasan (dengan pertolongan api) yaitu balok kayu yang akan dilengkungkan dipanasi dengan api (yang diperoleh dari kompor api atau blander api)
2. Cara penguapan (dengan pertolongan uap air) yaitu balok kayu yang akan dilengkungkan dimasukkan kedalam kotak, kemudian uap air dimasukkan kedalam kotak tersebut. Cara penguapan memerlukan waktu kira-kira 2-4 jam.

Dalam menentukan ukuran balok-balok konstruksi kapal kayu tergantung dari:

1. Angka penunjuk : L(B/3 + H) = 17 (4,5/3 + 2,5)

= 17 x 4 (m2)

= 68 m2

2. Daerah pelayaran :

pelayaran pantai.

Penentuan balok/ukuran balok-balok konstruksi kapal kayu;

1. Lunas

Ukuran lebar x tinggi lunas (lunas luar dan lunas dalam) didapat dari table 1 serta tergantung dari angka penunjuk L(B/3 + H). Karena angka penunjuknya 68 m2 maka kapal hanya memiliki lunas luar dan tidak perlu mempunyai lunas dalam. Sehingga ukuran lunasnya 235 x 365 serta luas penampang 855 cm2

2. Linggi Haluan dan Linggi Buritan

a. Ukuran lebar x tinggi linggi haluan didapat dari tabel 1 yaitu 200 x 300 mm. tinggi linggi haluan diatas garis air muat > 80% dari linggi haluan sehingga menjadi =

300 mm + (80% + 300 mm) = 540 mm

Tinggi linggi buritan ≥ 105% dari tinggi linggi haluan =

300 mm + (105% + 300 mm) = 615 mm

Lebar linggi buritan = lebar linggi haluan = 200 mm.

Panjang linggi haluan yang dibutuhkan sekitar 5 m.

b. Linggi Baling-baling

Jarak antara tabung buritan dengan sisi dalam sponeng > 20 mm. Apabila angka penunjuk : L(B/3 + H) >120, maka jarang antara lubang tabung buritan dengan sisi dalam sponeng > 25 mm.

Lutut linggi sebagai sebagai penguat sambungn antara linggi dengan lunas luar lutut linggi harus berimpitan dengan lunas luar dan linggi haluan sepanjang 3 x tinggi lunas.

c. Ketentuan yang harus dipenuhi untuk sambungan linggi antara lain :

- sambungan linggi haluan harus terletak diatas garis air-garis muat dengan panjang sambungan 5 x tinggi linggi haluan.

- sambungan antara lunas dengan linggi haluan/linggi buritan harus dipasang stop water dititik pertemuan antara sponeng dengan sambungan.

3. Gading dan Wrang

a. Ada 4 macam jenis gading, yang digunakan yaitu jenis gading lengkung tunggal yang mempunyai bentuk dasar U.

b. Ukuran gading

Panjang jarak gading dapat dilihat dari tabel 6a. Tergantung dari angga penunjuk:

L (B/3 + H) = 68 m2, jarak gading diambil sesuai dengan angka penunjuk tersebut jika tidak terdapat yang sesuai maka dapat dicari dengan interpolasi.

Maka jarak gading = a = 380 + ((68-60)/(70-60)) x (405-380) = 380 + 8/10 x 25

= 380 + 20 = 400 mm

Untuk tinggi dan tebal gading adalah

B/3 + H = 4,5/3 + 2,5 = 4 m

Ukuran tebal x tinggi didapat dari tabel 6.

Modulus untuk jarak gading 100 mm = W100 = 90 cm2

Maka modulus untuk jarak gading 400 mm = 90 x 400/100 = 360 cm2

Tebal dicari dengan cara interpolasi :

Tebal gading = 95 + (360-342)/(400-342) x (100-95) = 95 + 18/58 x (5) = 96,55 mm

= 97 mm

Tinggi gading = 147 + (360-342)/(400-342) x (155 - 147) = 149,48 mm

= 150 mm

Tinggi gading = 110 + (360-342)/(400-342) x (116 – 110) = 111,86 mm

= 112 mm

Jadi, tebal gading = 97 mm

Tinggi gading = 150 mm

= 112 mm

c. Hubungan antara gading dengan wrang

Gding lambung kiri dan gading lambung kanan dihubungkan dengan wrang. Tinggi wrang didapat dari tabel 4 (diukur dari sisi atau lunas luar). Tinggi untuk kapal pelayaran dan untuk kapal dengan lunas luar saja,yaitu :

B/3 + H = 4 m

Maka tinggi wrang = 240 + (4-3,8)/(4,2-3,8) x (260-240) = 250 mm dari sisi atas lunas luar.

Tebal wrang = tebal gading = 97 mm

Panjang wrang ≥ 0,4 B’ (B’ = lebar kapal setempat)

d. Banyaknya gading pada panjang kapal 17 m dengan jarak gading 400 mm adalah 43 gading. Jadi banyaknya kebutuhan gading :

· pajang gading terbesar yaitu B + 2xH = 4,5 m + 2 x 2,5 m = 9,5 m

· jika banyak gading 43 gading, maka = 9,5 m x 43 gading

= 408,5 m

· karena Cb = 0,6 maka panjang gading yang dibutuhkan didapatkan

= 0,6 x 408,5 m = 245,1 m. Dengan tebal 97 mm.

4. Galar Balok dan galar kim

a. Terdapat 3 macam galar balok, yaitu:

· galar balok utama

· galar balok samping-galar balok sisi

· galar balok bawah

Pada angka penujuk L(B/3 + H) ≥ 55 maka setiap sisi/lambung harus dipasang galar balok utama, galar balok samping dan galar balok bawah.

Ukuran tebal x tinggi galar balok didapat dari tabel 5.

v Galar balok utama

Tinggi = 295 + (68-60)/(70-60) x (325-295) = 295 + 8/10 (30) = 319 mm

Tebal = 61 + (68-60)/(70-60) x (67-61) = 65,8 mm

= 66 mm

Tinggi = 275 + (68-60)/(70-60) x (305-275) = 299 mm

Tebal = 65 + (68-60)/(70-60) x (72-65) = 70,6 mm à

= 71 mm

v Galar balok samping

Tinggi = 96 + (68-60)/(70-60) x (105-96) = 103,2 mm

= 104 mm

Tebal = 104

v Galar balok bawah

Tinggi = 174 + (68-60)/(70-60) x (185-174) = 182,8 mm

= 183 mm

Tebal = 53 + (68-60)/(70-60) x (59-53) = 57,8 mm

= 58 mm

Jadi tinggi x tebal :

à Galar balok utama : 319 mm x 66 mm ~ 299 mm x 71 mm

à Galar balok samping : 104 mm x 104 mm

à Galar balok bawah : 183 mm x 58 mm

Diluar daerah 0,25 L1 dan 0,75L1 penampang galar balok dapat diperkecil secara berangsur-angsur 75%.

b. Galar kim harus dipasang pada setiap sisi/lambung kapal, dimana galar kim dapat terdiri dari beberapa balok kayu. Ukuran tebal x tinggi didapat dari tabel 5.

Ukuran tebal x tinggi :

Tinggi = 245 + (68-60)/(70-60) x (255-245) = 253 mm

Tebal = 58 mm

Diluar penampang 0,25 L1 dan 0,75 L1 penampang galar kim dapat diperkecil secara berangsur-angsur sampai 75%. Galar kim boleh disambung memanjang dan harus dipasang dari muka sampai belakang kapal. Untuk kapal yang mempunyai palkah ikan, galar kim dapat terputus pada dinding sekat palkah sekat ikan, tetapi galar kim dengan dinding sekat dihubungkan dengan lutut.

c. panjang galar yang dibtuhkan diperkirakan sampai sepanjang kapal yaitu +/- 7 m.

5. Pengikat linggi

a). Galar balok dan galar kim dengan linggi haluan/buritan harus dihubungkan dengan pengikat linggi (pengikat linggi terbuat dari baja atau kayu).

b). pengikat linggi = lutut linggi harus sampai gading yang terletak dibelakang linggi haluan atau gading yang terletak dimuka linggi buritan, tetapi panjang lengan pengikat linggi ≥ 600 mm.

c). Penampang penikat linggi tergantung dari angka penunjuk L(B/3+H). penampang linggi didapat dari tabel 3.

Penampang pengikat linggi = 20 + (68-60)/(70-60) x (24-20) = 20,8 mm

= 21 mm

Penampang lengan lutut linggi dari kayu = penampang gading tunggal :

Tinggi = 112 ~ 150 mm

Tebal = 97 mm

6. Kulit Luar

a. ukuran tebal papan kulit luar didapat dari tabel 6. Kapal yang memiliki angka penunjuk L(B/3+H) > 50 maka kapal mempunyai lajur lunas dan lajur sisi atas yang tebalnya harus lebih besar dari yang lainnya dan lajur alas.

Tebal sisi dan alas = 42 + (68-60)/(70-60) x (45-42) = 44,4 mm

= 45 mm

Papan lajur sisi atas dan lunas :

Lebar = 460 + (68-60)/(70-60) x (490-460) = 484 mm à 480

Tebal = 49 + (68-60)/(70-60) x (52-49) = 51,4 mm à 52 mm

Diluar penampang 0,25 L1 dan 0,75 L1 penampang galar kim dapat diperkecil secara berangsur-angsur sampai tebalnya sama dengan tebal lajur sisi dan lajur alas.

Tebal papan kulit luar didapat dari tabel 6 untuk jarak gading menurut 2-3, apabila jarak gading diperbesar maka tebal papan harus ditambah menurut perbandingan lurus.

7. Balok geladak dan lutut balok geladak

a. jarak balok geladak didapat dari tabel 7. jarak balok geladak disesuaikan dengan jarak gading yaitu 400 mm.

b. ukuran lebar x tinggi balok geladak didapat dari tabel 8, dimana ukuran balok geladak tergantung dari :

· Panjang setiap balok geladak

· Jarak antara balok geladak

Untuk panjang balok geladak minimal setengah lebar kapal,

maka panjang balok geladak = ½ B = ½ 4,5 m = 2,25 m à 2,4 m

jarak balok geladak = 400 mm

lebar kapal = 4,5 m

Beban geladak untuk jarak balok geladak 100 mm = 0,454 t/cm2

Modulus balok kayu W100 = 8,6 cm3

Maka beban galadak untuk lebar kapal 4,5m

= 0,534 + (4,5-4,4)/(4,8-4,4) x (0,55-0,534) =0,538 t/m2

Modulus balo kayu W400 = 8,6 x 4,0 x 0,538/0,454 = 40,7 cm3 à 40 cm 3

Tegangan yang diijinkan untuk balok geladak kapal kayu =

σk = 260kg/cm2

8. Geladak

a. Ukuran tebal papan geladak didapat dari tabel 7, yaitu 53 mm.

lebar papan geladak = 75 mm à untuk kapal-kapal kecil

100 ~ 130 à untuk kapal-kapal besar

Papan geladak terbuat dari papan yang dipotong secara radial dan sepanjang mungkin.

9. Pagar

a. Apabila panjang kapal L>12 m maka tinggi pagar > 500 mm.

Tebal papan pagar = 0,7 x tebal papan kulit pagar.

Tebal pagar juga dapat diambil dari tabel 7, yaitu 40 mm.

b. Penahan-penahan pagar

Pagar harus diperkuat dengan penyokong pagar. Penyokong ini ditempatkan pada setiap gading yang ketiga (setiap gading yang kedua) atau jarak antara penegar-penegar pagar. = 1 ~ 2 x jarak gading. Ukuran penegar didapat dari tabel 3 seperti pada menghitung gading-gading.

Jarak antar penegar pagar = 1 x jarak gading = 1 x 400 mm = 400 mm.

Jika jarak antar penegar = jarak antar gading maka ukuran penegar juga sama dengan ukuran gading, yaitu :

Tebal = 97 mm

Tinggi = max = 150 mm

min = 112 mm

c. Pagar dalam

Tebal pagar dalam = tebal pagar = 40 mm

Lebar pagar dalam tergantung tergantung dari panjang kapal yaitu panjang kapal L>12 m, lebar pagar dalam = 250 mm, dimana lebar setiap lajur 75 – 130 mm.

d. Tudung pagar

Tebal tudung pagar = 1,5 ~ 2 x tebal papan geladak = 1,5 x 53 mm = 80 mm.

Lebar tudung pagar minimal = tinggi gading (satu lajur papan) = 112 mm.

Sambungan antara lajur-lajur papan dalam dan lajur-lajur tudung pagar dengan memakai sambungn tumpul dan dipasang kayu penyambung didalam pagar dalam serta dibawah tudung pagar.

e. Pisang-pisang = tender

Berfungsi sebagai pelindung sisi-lambung kapal dari benturan-benturan. Dimana pisang-pisang dipasang pada garis geladak dan pada lebar kapal ang terbesar. Pada umumnya pisang-pisang berbentuk setengah lingkkaran, dimana diameter pisang-pisang = 2 ~ 2,5 x lebar lajur-lajur papan kulit luar = 2 x 480 mm = 960 mm

10. Sekat Kedap Air

a. Ada 4 macam sekat kedap air, yaitu:

- sekat tubrukan

- sekat palkah

- sekat kamar mesin

- sekat buritan

b. Konstruksi sekat kedap air terdiri dari :

- Papan sekat kedap air, dimana tebal papan sekat didapat dari tabel 9.

- penegar sekat kedap air, dimana ukuran lebar x tinggi penegar sekat didapt dari tabel 9.

Jarak penegar sekat 530 mm

Jarak penegar sekat tubrukan 425 mm

Tebal sekat kedap air = 45 + (68-60)/(70-60) x (55-45) = 53 mm

Panjang penegar yang berlaku adalah ukuran panjang dari sisi bawah sekat sampai geladak ruang ikan disini menggunakan tinggi kapal (H) = 2,5 m

Maka modulus penampang penegar untuk jarak dasar penegar 100 mm

W100 untuk sekat biasa = 69 cm3

Untuk sekat tubrukan = 85,8 cm3

Maka modulus untuk jarak penegar 530 mm adalah

W530 untuk sekat biasa = (69 x 530)/ 100 = 365,7 cm3 à 366 cm3

W530 untuk sekattubrukan = (85,8 x 530)/ 100 = 454,74 cm3 à 455 cm3

Penegar untuk sekat biasa W530 = 366 cm3

Lebar = 90 + (366-324)/(375-324) x (100-90) = 98,23 mm à 98 mm

Tinggi = 140 + (366-324)/(375-324) x (150-140) = 148,23 mm à 148 mm

Penegar untuk sekat tubrukan W530 = 455 cm3

Lebar = 100 + (455-375)/(500-375) x (165-150) = 159,6 mm à160 mm

11. Pondasi Mesin

a. Ukuran pondasi mesin penggerak kapal tergantung dari :

- tenaga motor

- berat dan ukuran mesin

- roda gigi dan bantalan tekan

- angka perputaran dan jumlah silinder

- sifat perputaran motor

- bentuk konstruksi pondasi (sambungan antara pembujur pondasi dengan wrang)

b. Konstruksi pondasi mesin terdiri dari :

- Pemikul bujur kayu yang tunggal

- konstruksi baja atau kombinasi pemikul bujur kayu dengan penegar baja, yang dihubungkan pada wrang dan gading.

Dimana pemikul bujur kayu harus panjang (dapat memikul mesin, roda gigi dan bantalan tekan).

Panjang pondasi mesin = panjang sekat depan sampai sekat bagian buritan kapal (dimana kamar mesin terletak dibelakang).

B. Teknis pelaksanaan kerja :

Pelaksanaan yang dilakukan secara garis besar yang dilaksanakan adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pembuatan kapal kayu secara teknis dimulai dengan peletakan lunas, yang selanjutnya secara berurutan dilaksanakan pemasangan linggi, balok air, balok susur, balok-balok poros, transom dan balok caping.

2. Dilanjutkan dengan pemasangan gading yang sudah disatukan dengan wrang. Kemudian untuk menguatkan gading dipasang balok deck, senta, lunas dalam, balok girder, dan tang penegak dan dilakukan pengontrolan, kelurusan, dan keserasian gading.

3. Dipasang papan pengapit (papan kulit pertama yang berhunbungan dengan lunas)yang dilanjutkan pemasangan papan kulit berikutnya. Pemasangan papan kulit pada sisi gading kanan harus bersamaan dan seimbang dengan sisi gading sebelah kiri sampai pekerjaan selesai. Bila pemasangan papan kulit tidak seimbang dan bersamaan, maka akan berpengaruh terhadap bentuk dan kestabilan dari kapal tersebut. Pemasangan papan deck bisa dilaksanakan bersamaan dengan papan kulit, kecuali pada bagian-bagian yang menjadi bukaan geladak utama.

Perbedaan prinsip yang nyata pada pelaksanaan pembuatan kapal kayu secara tradisional dengan secara teknik terletak pada konstruksi pemasangan geladak dan pada pemasangan papan kulit, dimana secara tradisi papan kulit dipasang terlebih dahulu sebelum pemasangan gading dan konstruksi pemasangan gading tidak diperkuat dengan wrang yang langsung di atas lunas, sehingga bentuk kapal dilaksanakan sama dengan bentuk papan kulit.

Sedangkan cara teknis pemasangan papan kulit mengikuti bentuk dan kedudukan gading. Selain hal tersebut pada umumnya pembuatan secara tradisi tanpa menggunakan pedoman gambar dan bestek, sehingga setelah kapal selesai tidak sesuai dengan rencana yang diharapkan.

C. Tinjauan Ekonomi Kapal Kayu

Saat ini kapal kayu sudah mulai ditinggalkan karena terjadi perkembangan tegnologi yang sangat pesat. Saat ini sudah mulai dikembangkan kapal-kapal yang terbuat dari fiberglass dan ferosement. Hal ini dikarenakan dari segi teknik bahan ini lebih sederhana dibandingkan dengan bahan dari kayu. Serta dalam ketersediaan bahan untuk saat ini bahan dari fiberglass dan ferosement lebih mudah didapatkan.

Kapal kayu sebenarnya di Indonesia saat ini masih dilestarikan hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya nelayan Indonesia yang masih menggunakan kapal kayu untuk kegiatan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena dilihat dari segi ekonomi kapal kayu masih lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Kapal kayu lebih ekonomis disebabkan karena teknologi yang digunakan masih sederhana atau bias dibilang dengan cara tradisional sedangkan kapal dengan fiberglass, ferrosement ataupun baja menggunakan tegnologi yang sudah maju.

Namun dalam perkembangannya kapal kayu mulai ditinggalkan karena keekonomisannya mulai berkurang hal ini disebabkan ketersediaan bahan bakunya sudah mulai susah untuk dicari. Karena pada saat ini sudah diatur tentang kerusakan lingkungan. Maka untuk penebangan hutan juga mulai dibatasi dan diatur secara ketat supaya tidak merusak lingkungan. Maka hal ini berakibat pada terbatasnya bahan baku kayu yang digunakan untuk membangun kapal. Karena keterbatasan bahan ini pula menyebabkan harga kayu juga semakin naik.

Yang membedakan kapal kayu dengan kapal yang lain yang sangat terasa yaitu dari segi ekonomi. Berikut terdapat beberapa alasan untuk menggunakan bahan baku kayu dibandingkan dengan bahan yang lain, yaitu:

1. berat jenis yang lebih ringan disbanding dengan baja dan ferrosement.

- kayu = 0.3 s/d 0.9 kg/dm3

- baja = 7.8 kg/dm3

- ferrosement = +/- diatas 3 kg/dm3

2. bukan penghantar panas dan listrik yang baik
3. untuk daerah tropis keberadaannya masih relative lebih mudah didapatkan dan harganya masih lebih murah disbanding baja, fiberglass atau ferrosement.
4. tersedia macam/jenis kayu dengan kualitas yang bervariasi

Jumat, 19 September 2014

SISTEM PELUMASAN PADA MOTOR DIESEL


LATAR BELAKANG
            Motor diesel adalah suatu motor yang merubah bentuk energi menjadi tenaga mekanik yang dihasilkan dri percampuran antara bahan bakar dengan udara dalam suatu proses pembakaran.
Motor diesel tebagi menjadi 2 komponen utama yaitu :

Gambar 1 komponen utama motor diesel
 a.   Bagian-bagian yang diam :
  1. Kepala silinder
  2. Blok silinder
  3. Tabung silinder
  4. Rumah engkol
  5. Pan minyak pelumas
b.   Bagian-bagian yang bergerak :
  1. Torak
  2. Batang torak
  3. Poros engkol
  4. Pompa bahan bakar
  5. Katup pamasukan Katup pembuangan.
 Sesuai dengan Proses kerja pada motor yaitu :
·         Memasukan udara ke dalam silinder, untuk pembakaran.
·         Memampatkan udara di dalam silinder (agar suhu tinggi )
·         Pembakaran bahan bakar oleh udara dengan suhu tinggi.
·         Ekspansi gas hasil pembakaran, dihasilkan tenaga mekanis.
·         Pembuangan gas sisa, agar silinder siap diisi dengan udara baru.
           Beroprasinya suatu sistem pelumasan yang bertujuan untuk melumasi bagian-bagian yang bergerak, yang saling bergesekan pada bagian motor. Pelumasan juga sebagai media pendingin dari panas yang dihasilkan oleh bagian yang saling bergesekan, maupun dari panas yang di hasilkan dari proses pembakaran. Maka dari itu pelumasan dapat dikatakan sebagai salah satu elemen dasar dalam permesinan, sebab apabila telah terjadi kerusakan pada sistem pelumasan pada suatu mesin, maka secara otomatis mesin tersebut tidak dapat beroprasi.

SISTEM PELUMASAN PADA MOTOR DIESEL
1.   Pengertian Pelumasan

Gambar 2. Bagan sistem pelumasan
Pada dasarnya pelumasan adalah pemisahan dari dua permukaan benda padat yang begerak secara tangensial terhadap satu sama lain dengan cara menempatkan suatu zat diantara kedua benda padat tadi yang :
a.       Mempunyai jumlah yang cukup dan secara terus menerus dan dapat memisahkan kedua benda sesuai dengan kondisi beban dan suhu.
b.      Tetap membasahi permukaan kedua benda.
c.       Mempunyai sifat netral secara kimia terhadap kedua benda.
d.      Mempunyai komposisi tetap stabil secara kimia pada kondisi operasional.
                   Suatu zat yang dapat memenuhi persyaratan tadi disebut pelumas / lubricant.
Suatu benda atau logam yang tampak halus, sebenarnya tidak pernah mempunyai permukaan yang licin secara sempurna, seperti yang terlihat dengan mata biasa, tetapi jika dilihat dengan mikroskop akan terlihat bahwa pada permukaan tersebut merupakan tonjokan-tonjolan dan lekukan-lekukan mikroskopis. Sehingga bila kedua permukaan tersebut bersinggunan satu dengan yang lain, bagian yang merupakan tonjolan dan lekukan pada kedua benda akan saling mengait. Sehingga apabila kedua permukaan tadi bergerak satu dengan yang lain maka terjadi suatu tahanan  yang besar karena tonjolan dan lekukan yang saling mengait harus saling mematahkan. Patah nya tonjolan dan lekukan tadi akan menimbulkan panas, dan tahanan tadi disebut tahanan gesekan. Dam gesekan yang tadi di sebut gesekan kering.
Permukaan yang kasar tidak dapat dihaluskan seluruhnya dengan cara digosok atau diampelas, karena tonjolan dan lekukan tadi sangat tidak teratur, sehingga efek keausan akan berjalan terus.
Kalau pemisahan antara kedua permukaan dengan menggunakan pelumas, gesekan masih tetap ada, yang di sebut gesekan cair. Nilai gesekan cair jauh lebih kecil dibandingkan gesekan kering.
2.   Fungsi Pelumasan
  1. Mengurangi tingkat keausan pada benda yang saling bergerak bergesekan.
  2. Mengurangi timbulnya panas yang berlebihan
Fungsi lain dari pelumasan :
  • Sebagai media pendingin
menghilangkan panas dari bsagian-bagian yang bergesekan
  • Sebagai zat perapat kebocoran
menyekat udara antara ring piston dengan dinding silinder
  • Sebagai zat pembersih.
menghilangkan karbon didalam sylinder dan debu dan menyaringnya.
  • Sebagai peredam suara dari getaran

3.   Sifat-sifat Minyak Pelumas
a.   Umum.
Agar menghasilkan suatu pelumasan yang baik, maka diperlukan minyak pelumas yang dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan. Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan minyak pelumas adalah :
1)  Tekanan bantalan
2)  Kecepatan pergesekan
3)  Bahan yang bergesekan
4)  Ruang antara bahan yang bergesekan
5)  Aksesabilitas
6)  Suhu dan tekanan kerja
b.   Viskositas
Viskositas adalah sifat daari suatu fluida, sebagai gesekan internal, yang menyebabkan fluida tersebut melawan untuk mengalir.
Angka Viskositas SAE untuk pelumas motor
Angka viskositas
SAE
Rentantang Viskositas, Saybolt seconds
Pada suhu 1300F
Pada suhu 2100F
Min
Max
Min
Max
10
90
119


20
120
184


30
185
254


40
255


80
50


80
104
60


105
124
70


125
150
c.   Viskositas Index
Viskositas index adalah suatu ukuran perubahan viskositas dari minyak terhadap suhu dibandingkan dengan dua macam minyak referensi yang  mempunyai viskositas yang sama pada suhu tertentu.
d.   Pour Point
Pour point atau suhu tuang , atau titik tuang ialah suhu terendah dimana minyak dapat mengalir.
e.  Flash Point
Flash point atau titik nyala adalah suhu dimana minyak harus dipanaskan didalam alat percobaan, sehingga timbul uap yang dapat menyala sebentar bila suatu nyala api kecil didekatkan pada uap tadi.
Titik nyala minyak pelumas yang digunakan pada motor berkisar antara 175º C sampai 260º C tergantung pada penggunaan motor dan jenis minyak pelumasnya.
f.  Carbon Residu
Carbon residu ialah berat sisa dari minyak pelumas yang telah terbakar.
g.  Acidity atau Neutralization Number
Acidity atau keasaman dinyatakan sebagai jumlah dalam milligram dari potassium hydroxide, yang diperlukan untuk menetralkan suatu gram minyak.
h.  Warna
Warna minyak pelumas berguna hanya untuk tujuan identifikasai, dan bukan menunjukan kualitas suatu minyak.

4.   Bagian-bagian yang dilumasi
Umumnya bagian-bagian yang dilumasi pada motor diesel ialah semua bagian-bagian yang saling bergesekan misalnya :
a.   Antara torak dan tabung silinder
b.   Antara poros dengan bantalan poros
c.   Antara roda-roda gigi dan sebagainya.

PERAWATAN SISTEM PELUMASAN
1.      Bak minyak pelumas.
Bukalah bak minyak pelumas setiap 500 jam, dan bersihakanlah bak minyak tersebut. Dan saringan hisap dari pompa minyak pelumas dengan mempergunakan minyak ringan atau minyak cuci.
2.      Saringan minyak pelumas
Cucilah rumah filter sebersih-bersihnya dengan menggunakan minyak ringan atau minyak cuci, sementara itu periksalah kertas saringan, apabila terlihat adanya kotoran, serbuk logam berwarna putih atau warna tembaga tembaga, maka hal itu menunjukan adanya keausan pada bantalan-bantalannya, segera lakukan perbaikan
3.      Tekanan minyak pelumas
Apabila tekanan minyak pelumas tidak dapat mencapai bilangan yang disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, matikanlah mesin lakukanlah pemerikasaan :
a.      Apakah isi minyak pelumas didalam cukup ?
b.      Apakah ada kerusakan pada pipa atau alat pengukur tekanan minyak pelumasnya ?
c.       Apakah ada kebocoran minyak pelumas dari saluran-salurannya ?
d.      Apakah pompa minyak pelumas bekerja dengan baik, atau apakah udara masuk kedalam saluran minyak pelumas ?
e.      Apakah ada bantalan yang rusak ?
f.        Apakah alat pengatur tekanan minyak pelumas bekerja dengan baik ? biasanya kotoran didalam saluran minyak pelumas menyebabkan gangguan pada sistem pelumasannya.

MACAM-MACAM SISTEM PELUMASAN
1.      Sistem pelumasan sump kering
Sistem pelumasan motor yang tidak memanfaatkan karakternya sebagai penampung minyak pelumas, tetapi menggunakan tanki tersendiri diluar motor.
Minyak pelumas yang jatuh ke dalam sump, selanjutnya dialirkan dengan pompa, melalui sebuah filter, dan dikembalikan lagi ke dalam tangki supply yang terletak diluar dari pada motor tersebut. Pompa ini mempunyai kapasitas yang besar, sehingga dapat mengosongkan sama sekali sumpnya
            Pada umumnya dengan sistem ini di pergunakan juga sebuah oilcooler, baik yang menggunakan air atau udara sebagai medium pendinginannya untuk keperluan pendinginan dari pada minyak pelumasnya.

Gambar 3. Sistem pelumasan sump kering

Keterangan :
  1. Tangki penampungan                        5.  Tangki ekspansi (penampung
  2. Filter                                                  6.  Filter
  3. Pompa minyak pelumas                     7.  Bagian mesin yang dilumasi
  4. Pendingin minyak                               8.  Pengatur tekanan minyak pelumas


2.      Sistem pelumasan sump basah
Sistem pelumasan sump basah ialah sistem pelumasan motor yang memanfaatkan karakternya sebagai penampung minyak pelumas.
Dalam sistem ini, dibagian bawah dari pada karter sebuah piringan (pan) yang juga merupakan tangki supply dan ada kalanya sebagai alat pendingin untuk minyak pelumasnya, minyak yang jatuh menetes dari silinder-silinder dan bantalan-bantalan, kembali ke tempat ini, untuk selanjutnya dialirkan kembali dengan sebuah pompa minyak kedalam sistem pelumasanya lagi. Tipe sistem sump basah yang umum diguunakan ialah:
a.      Sistem percikan dan sirkulasi pompa
b.      Sistem percikan dan tekanan
c.       Sistem tekanan

Gambar 4 sistem pelumasan sump basah
Keterangan :
1.      Tangki penampungan
2.      Saringan hisap (strainer)
3.      Pompa minyak pelumas (Pompa di   dalam karter)
4.      Saringan (filter)
5.      Pendingin minyak pelumas
6.      Bagian mesin yang dilumasi.
7.      Katup pengatur tekanan minyak pelumas

MEKANISME PELUMASAN
.           Proses pelumasan adalah seperti pada gambar 5, yang merupakan suatu bidang bantalan, dengan ruang antara (clearance)di lukiskan secara berlebihan, untuk sekedar ilustrasi. Minyak pelumas membasahi kedua permukaan. Minyak pelumas dapat dikatakan terdiri dari lapisan-lapisan, dan garis titik horizontal melukiskan batas-batas dari lapisan minyak tadi.
Pada gambar 5a. permukaan bantalan adalah sejajar, permukaan atas tinggal diam sedang, permukan bawah bergerak dengan kecepatan tetap dan sejajar dengan permukaan. Tidak ada gaya normal terhadap kedua permukaan. Kedua permukaan dipisahkan oleh suatu film minyak dengan ketebalan yang sama lapisan minyak pelumas yang menempel pada permukaan bawah akan bergerak dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan permukaan bawah.
Pada gambar 5b. kedua permukaan dalam keadaan berhenti, ada gaya normal pada kedua permukaan, sehingga minyak pelumas cenderung terdesak keluar. Dan besarnya kecepatan  pada masing-masing lapisan di lukiskan lagi dengan vektor-vektor.
            Pada gambar 5c. merupakan kombinasi pada gambar 4a dan 4b. pada kecepatan minyak pelumas pada tiap titik dari lapisan ditentukan dengan menjumlah vektor-vektor pada masing-masing titik pada kondisi gambar 4a dan gambar 5b.
Pada gambar 5d. permukaan atas tidak ditahan sejajar dengan permukaan bawah, tetapi di buat sedikit miring. Maka bentuk film minyak pelumas jadi seperti bentuk baji. Sehingga akibat kemiringan ini minyak pelumas dapat mengalir secara terus menerus, dan integrasi kecepatan aliran film minyak pelumas pada permukaan dan sepanjang bantalan adalah tetap, dan menjamin pemisahan kedua permukaan.
Aliran minyak pelumas dan variasi tekanan pada blok yang miring dari sebuah thrust blok terlihat pada gambar 6.


Gambar 5. Bagan Aliran Minyak Pelumas

Gambar 6. Pendinginan minyak pelumas

KLASIFIKASI MINYAK PELUMAS
Dulu klasifikasi API (MM,ML,DG,DM,DS) digunakan untuk klsifikasi service minyak pelumas. Kadang-kadang hal ini kurang jelas dan perincian kondisinya untuk kemampuan pelumasan tidak selalu berhubungan dengan situasi sebenarnya. Untuk hal inilah tiga organisasi di Amerika Srikat (SAE,API,ASTM) bergabung untuk mengembangkan system klasifikasi yang baru, yang telah diresmikan pemakaiannya sejak juli. 1970. Klasifikasi yang dulu, dibagi menjadi golongan motor bensin dan motor diesel ; dan diklasifikasikan sebagai SA, SD, dengan huruf S pada huruf pertama menyatakan commercial, kedua duanya dari golongan-golongan tersebut mempunyai 4 (empat) kelas berturut-turut.

SAE      : Society of Automotive Engineers
API       : American Petroleum Institute
ASTM   : American Society for Testing Materials.

Di bawah ini keterangan mengenai minyak mesin yang di definisikan sebagai klasifikasi system yang baru.

KLASIFIKASI LAMPAU  (A.P.I)
KLASIFIKASI SEKARANG
MOTOR
BENSIN
ML
MM
MS
SA
SB
SC. SD
MOTOR
DIESEL

DG
DM
DS
CA
CB. CC
CD





Klasifikasi
Service mesin api
Minyak mesin ASTM
SA
Untuk service motor bensin dan diesel untuk mesin dalam keadaan biasa, yang tak memerlukan kombinasi aditiv minyak
Tak termasuk aditiv, selain dari pada untuk pengentalan atau minyak penetrasi
SB
Untuk service motor bensin beban ringan.untuk mesin yang bekerja alam keadaan biasa ang membtuhkan sedikit aditiv kombinasi dari minyak.
Miyak anti oxidant a gesekan


SC
Motor bensin untuk truk dan mobil yang dibuat antara 1964-1967 dan bekerja dibawah tahun 1964 dalam masa garansi pabrik. Minyak ini mempunyai sifat yang baik terhadap temperatur rendah dan tinggi, melindungi pengendapan dan mempunyai sifat untuk mengurangi gesekan
Miyak ini sesuai dengan permntaan pabrik-pabrik untuk model 1964-1967 terutama dipakai untuk mobil da mempunyai ketahanan pada temperatur rendah, anti pelumpuran dan anti karat.
SD
Untuk 1968 motor bensin truk dan mobil yang beroprasi dibawah 1962
Minyak sesuai permintaan pabrik-pabrik setelah 1968, terutama dipakai untuk mobil dan mempunyai ketahanan pada temperature rendah anti pelumpuran dan anti karat
CA
Motor diesel biasa memakai bahan bakar bermutu tinggi. Minyak yang dipakai ini untuk spesifikasi ini terutama pada pemakaian antara 1940 dan 1950, minyak ini dipakai dengan mutu bahan bakar yang tinggi dan sifatnya anti karat pada bearing/bantalan dan mencegah pengendapan pada temperatur tinggi
Dipakai untuk memenuhi kemampuan MIL-L-21004A pada motor-motor diesel tampa supercharger dan motor bensin dengan pemakain bahan bakar kadar sulfur rendah
CB
Motor diesel dengan beban berat motor diesel yang bekerja pada oprasi biassa dengan mutu bahan bakar yang rendah yang menyebabkan tempertur tinggi dan karat pada bantalan. Kadang-kadang motor motor bensin dipakai dalam kasus ini. Minyak ini diformalisasikan tahun 1949. Minyak ini dipergunakan untuk bahan bakar dengan kadar sulfur tinggi dan melindungi bantalan dari karat dan temperature tinggi.
Minyak ini dipakai untuk motor bensin dan motor bensin tanpa turbocharger ini termasuk minyak MIL-L-2104A yang ditest dengan kadar sulfur tinggi pada bahan bakar



Kesimpulan :
1.      Sistem pelumasan merupakan salah satu elemen dasar dalam permesinan, karena apabila telah terjadi kerusakan sistem pelumasan padamesin tersebut maka mesin tidak dapat beroprasinal dengan baik.
2.      Sistem pelumasan ditujukan untuk mengurangi gesekan yang terjadi, sehingga dapat mengurangi keausan yang di sebabkan oleh gesekan tadi.
3.      Sistem pelumasan juga digunakan sebagai media pendingin dari panas yang di hasilkan dari gesekan yang terjadi dan dari proses pembakaran.
4.      Minyak pelumas yang baik ialah minyak yang memenuhi setandart yang telah ditentukan.
5.      Setiap jenis mesin memiliki jenis minyak pelumas yang berbeda.