Bekas Istana Sementara Sultan Ternate.
Peta daerah kekuasaan Uli Lima dan Uli Siwa.
Pada abad
ke-14 M di kawasan Maluku Utara telah berdiri empat kerajaan terkenal,
yaitu Jailolo, Ternate, Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan
dikepalai oleh seorang kolano. Menurut cerita rakyat Maluku, keempat
kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu Jafar Sadik. Dalam
perkembangan selanjutnya, Kerajaan Ternate peranannya lebih menonjol
karena penduduknya bertambah banyak dan berhasil mengembangkan
perdagangan rempah-rempah. Rempah-rempah adalah tanaman yang memiliki
zat yang dapat digunakan untuk member bau atau rasa khusus kepada
makanan (menjadi bumbu masak) dan dimanfaatkan untuk pengobatan serta
dapat juga menghangatkan tubuh. Contoh rempah-rempah, yaitu cengkih dan
lada. Pada saat itu, rempah-rempah umumnya diperlukan bangsa-bangsa
Eropa sehingga harganya cukup tinggi dan telah membuat makmur rakyat di
Maluku.
Kemajuan
Kesultanan Ternate ternyata membuat cemburu kerajaan-kerajaan lain di
Maluku. Beberapa kali Ternate dan Tidore, Bacan, dan Jailolo terlibat
dalam peperangan memperebutkan hegemoni rempah-rempah. Akan tetapi,
mereka mampu mengakhirinya di dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam
Persetujuan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo
kedua, Tidore ketiga, dan Bacan yang keempat.
Pada
pertengahan abad ke-15 M kegiatan perdagangan rempah-rempah di Maluku
semakin bertambah ramai. Banyak sekali pedagang Jawa, Melayu, Arab, Cina
dan India yang dating ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.
Sebaliknya, mereka membawa beras, tenunan, gading, perak, manic-manik,
dan piring mangkuk berwarna biru buatan Cina. Bangsa-bangsa di Maluku
amat membutuhkan barang tersebut, terutama beras karena areal Maluku
lebih banyak digunakan untuk penanaman rempah-rempah daripada penanaman
beras. Kerajaan-kerajaan di Maluku sangat akrab dalam menjalin hubungan
ekonomi dengan para pedagang dari Jawa semenjak zaman Kerajaan
Majapahit. Bandar-bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban sering
sekali dikunjungi para pedagang Maluku. Sebaliknya, pedagang-pedagang
dari Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah. Hubungan kedua
belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran agama
Islam ke Maluku.
Di dalam kitab
Sejarah Ternate diterangkan bahwa Raja Ternate yang pertama kali
menganut agama Islam adalah Zainal Abidin (1465-1486 M). Sultan Zainal
Abidin semasa belum masuk Islam bernama Gapi Buta dan setelah meninggal
beliau disebut Sultan Marhum. Raja Tidore yang pertama kali masuk Islam
adalah Cirililiyah yang kemudian berganti nama menjadi Sultan
Jamaluddin.
Ketika Ternate
di bawah kekuasaan Sultan Ben Acorala dan Tidore di bawah Sultan
Almancor, keduanya berhasil mengangkat kerajaan menjadi negeri yang
sangat makmur dan sangat kuat. Kedua bangsa ini memiliki ratusan perahu
kora-kora yang digunakan untuk berperang ataupun mengawasi lautan yang
menjadi wilayah dagangnya. Di ibukota Ternate, yaitu Sampalu banyak
didirikan rumah-rumah di atas tiang yang tinggi-tinggi dan keratin yang
dikelilingi pagar-pagar. Begitu juga kota di Tidore yang dikelilingi
pagar tembok, parit, benteng, dan lubang perangkap sehingga sukar untuk
ditembus musuh. Ternyata, kemajuan kedua kesultanan tersebut menjurus
kepada perebutan pengaruh dan kekuasaan terhadap daerah di sekitarnya.
Oleh karena itu, dalam abad ke-17 M muncullah dua buah persekutuan yang
terkenal dengan sebutan Uli Lima danUli Siwa. Persekutuan Uli Lima
dipimpin oleh Ternate dengan anggota Ambon, Bacan, Obi, dan Seram.
Persekutuan Uli Siwa dipimpin oleh Tidore dengan anggota yang mencakup
Makean, Halmahera, Kai, dan pulau-pulau lain hingga ke Papua bagian
barat.
Kesultanan
Ternate mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh Sultan Baabullah,
sedangkan Kesultanan Tidore di bawah pimpinan Sultan Nuku. Persaingan di
antara kedua kesultanan tersebut dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa asing
dari Eropa terutama Spanyol dan Portugis dengan cara mengadudombakannya.
Tujuannya tidak lain adalah ingin memonopoli daerah rempah-rempah
tersebut.http://andrierio1.blogspot.com/2014/06/sejarah-masuknya-islam-ke-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar